Thursday 15 November 2018

Kuantitatif Bahan Toksik (Deterjen)

Kalo kemarin bahas beberapa jenis yang termasuk bahan toksik, sekarang saya Syahla Luthfia mahasiswa Vokasi IPB jurusan Teknik dan Manajemen Lingkungan melakukan uji coba pada beberapa jenis deterjen yang berbeda untuk melihat perbedaan pengaruhnya terhadap ikan. Hasil yang didapat semakin tinggi konsentrasi bahan aktif surfaktannya maka semakin tinggi pengaruhnya terhadap ikan. Berikut laporan yang saya buat pada praktikum kali ini.


PENDAHULUAN

I.                    Latar Belakang
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang
wajar dan telah terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil dari lingkungan hidupnya. Akan tetapi, dalam proses interaksi manusia dengan lingkungannya ini tidak selalu mendapatkan keuntungan. Hubungan timbal balik antara aktifitas manusia dengan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang menguntungkan manusia, ada pula yang merugikan manusia. Faktor yang merugikan dari interaksi manusia dengan lingkungannya, dapat memberikan efek toksikologis (Edrinaldi 2009). Bahan toksik umumnya menyebabkan efek yang paling besar dan menghasilkan respons yang paling cepat bila diberikan melalui jalur intravena. Efek toksik dari zat kimia dapat merusak sel, yaitu menyebabkan mutasi gen dan bila kerusakannya berat menimbulkan kematian pada sel. Beberapa zat kimia tertentu merupakan unsur yang sangat toksik, sekalipun dalam konsentrasi rendah. Tanpa disadari, aktivitas manusia yang dilakukan sehari hari memiliki potensi untuk pencemaran air. Salah satu bahan yang dapat menyebabkan pencemaran dan bersifat toksik terhadap lingkungan adalah aktivitas mencuci dengan penggunaan deterjen dan pelembut pakaian. Deterjen memiliki bahan aktif yaitu surfaktan kationik jenis senyawa kuaterner amonium klorida yang membahayakan kehidupan lingkungan perairan (Septi 2004). Untuk mengetahui efek zat pencemar dari setiap jenis deterjen yang tentunya berbeda terhadap biota pada suatu perairan perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota agar dapat mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi, memenuhi syarat umur, berat, dan panjang serta sesuai dengan ikan yang hidup di perairan tercemar.


II.                 Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan kuantitatif bahan toksik yang dibutuhkan hingga menyebabkan kematian pada populasi kehidupan akuatik pada setiap jenis deterjen.



METODE KERJA

I.                    Alat dan Bahan
a.       Ikan, 1 kelompok 5 ekor ikan
b.      Kelompok 1. Total deterjen cair
Kelompok 2. Attack cair
Kelompok 3. Total almeera cair
Kelompok 4. So klin cair
Kelompok 5. Rinso cair
c.       Gelas ukur
d.      Baskom
e.       pH paper
f.        Stopwatch

II.                 Cara Kerja
1.      Dua buah baskom diisi dengan air masing masing sebanyak ¾ baskom.
2.      Dilakukan pengukuran pH awal
3.      Baskom dimasukkan ikan sebanyak 5 ekor
4.      Baskom ditambahkan bahan toksik deterjen sebanyak 35 ml
5.      pH pada masing-masing baskom diukur.
6.      Dilakukan pengamatan kondisi serta perubahan yang terjadi pada ikan setelah penambahan cairan molto setiap menit selama 15 menit


PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Percobaan Detergen Total Liquid Cair
Waktu
Hasil Percobaan
Keterangan
12’
Satu ikan mulai berdarah dan berlendir.
Total Liquid Cair 35 ml
Ph Awal : 6
Ph Akhir : 7
50’’
Dua ikan mencari oksigen ke permukaan air.
1’30’’
Satu ikan yang mencari oksigen mulai melompat ke permukaan air.
2’20’’
Satu ikan yang bergerak ke permukaan sekarat dan berlendir.
2’38’’
Semua insang ikan berdarah dan berlendir.
3’
Satu ikan mati.
4’3’’
Ditambah lagi satu ikan mati.
5’
Tiga ikan mati.
6’49’’
Empat ikan mati.
7’07’’
Seluruh ikan mati di menit ke tujuh.

Tabel 2. Hasil Percobaan Detergen Attack Cair
Waktu
Hasil Percobaan
Keterangan
1’
Ikan agresif dan terancam.
Attack Cair
35 ml
Ph Awal : 6
Ph Akhir : 8
2’
Ikan pasif tidak bergerak, insang berdarah dan berlendir.
3’
Mencari oksigen dan insang berdarah semua.
4’
Pasif dan berenang ke permukaan.
5’
Ikan sekarat.
6’
Badan ikan mulai pucat dan membiru.
7’
Air baskom berlendir dan satu ikan mati.
8’
Ikan mati semua.



Tabel 3. Hasil Percobaan Detergen Total Almeera
Waktu
Hasil Percobaan
Keterangan
1’35’’
Ikan melompat keluar baskom.
Total Almeera 35 ml
Ph Awal : 7
Ph Akhir : 8
2’
Semua insang ikan berdarah.
3’
Tiga ikan mati.
3’44’’
Satu ikan melemah, empat ikan mati.
4’28’’
Semua insang mengeluarkan darah yang banyak.
5’
Semua ikan mati dan menguning.

Tabel 4. Hasil Percobaan Detergen So klin liquid
Waktu
Hasil Percobaan
Keterangan
1
Ikan berenang aktif, berenang sangat cepat dan bergerombolan.
So klin cair
35 ml
Ph Awal : 6
Ph Akhir : 7
2
Ikan berenang secara kehilangan keseimbangan dan ikan mengalami kejang-kejang.
3
Ikan masih  berenang tetapi sudah kehilangan keseimbangan dan insannya mengeluarkan darah.
4
3 ekor ikan diam didasar permukaan baskom dan 2 ekor ikan berenang tetapi, kehilangan keseimbangan.
5
Ikan masih berenang tetapi, kehilangan keseimbangan serta, mengeluarkan darah pada insan dan lendir
6
4 ekor ikan sudah tidak melakukan pergerakan (mati), dan 1 ekor ikan masih berenang tetapi, dalam keadaan kehilangan keseimbangan.
7
Semua ikan sudah tidak melakukan pergerakan/aktivitas (mati).



Tabel 5. Hasil Percobaan Detergen Rinso Cair
Waktu
Hasil Percobaan
Keterangan
14:26
Ikan berenang ke dasar air.
Rinso Cair
35 ml
Ph Awal : 6,5
Ph Akhir : 8
13:31
Ikan mulai ke permukaan mencari oksigen.
13:00
Ikan mengeluarkan darah.
12:30
Ikan melemas dan banyak mengeluarkan kotoran.
11:47
Ikan tidak bergerak.
08:34
Ikan mulai mengapung.
07:30
Ikan berwarna pucat dan mati semua.

     Berdasarkan pada hasil uji coba  praktikum ini, perilaku ikan yang ditambahkan dengan deterjen total almeera pada menit pertama ikan bergerak lebih aktif dan agresif ini dapat menandakan adanya perubahan lingkungan pada air secara mendadak karena penambahan bahan toksik. Zahri (2008) menyatakan bahwa perubahan lingkungan  dapat mengakibatkan perubahan tingkah  laku  ikan nila  yang  berupa  kehilangan  penyesuaian  diri  terhadap lingkungan,  mempengaruhi  pertumbuhan,  proses  reproduksi, biokimia  serta terganggunya  fungsi  jaringan.  Ikan terlihat hypersensitif  dan  mengalami  gangguan  adaptasi  terhadap lingkungan dengan  berenang ke  dasar dan permukaan air tidak teratur, kadang gerakannya tidak  beraturan. Kondisi  ini diduga bahwa  ikan  berusaha  untuk  mendapatkan  oksigen. Pada menit kedua, insang ikan berdarah. Insang  merupakan organ respirasi utama yang bekerja  dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) (Rastogi 2007). Adanya pendarahan ini diakibatkan karena terpapar langsung oleh bahan aktif deterjen yaitu surfaktan pada saat melakukan respirasi. Pada menit kelima, ikan mati dan berlendir serta tubuh lebih pucat dari sebelumnya. Setiap kelompok menggunakan deterjen yang berbeda, penggunaan deterjen total almeera dapat mematikan ikan paling cepat dari deterjen lain yang di uji coba.
     Setiap deterjen akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ikan karena konsentrasi dan jenis bahan aktif yang berbeda. Pada deterjen yang paling cepat mematikan ikan yaitu total almeera, dalam kemasan deterjen total almeera atau total liquid keduanya tidak tercantum berapa persen bahan aktif surfaktan yang ada. Apabila so klin cair dapat mematikan ikan dengan konsentrasi 25% dalam waktu 7 menit, dapat diduga deterjen total almeera memiliki bahan aktif surfaktan lebih dari 25% karena mematikan ikan dalam menit kelima. Hal ini karena, semakin tinggi konsentrasi surfaktan maka semakin tinggi juga kerusakan yang ditimbulkan oleh bahan aktif tersebut pada ikan (Yuli 2012). Kemudian rinso cair memiliki bahan aktif surfaktan sebesar 16% dan attack cair memiliki bahan aktif biodegradable surfaktan sebesar 16%. Bahan aktif surfaktan dapat menghancurkan sel, kemudian mengganggu proses yang penting pada organisme. Insang sebagai organ yang penting memiliki sifat sensitive yang tinggi terhadap racun di perairan. Kerusakan organ respirasi ini disebabkan karena terjadinya iritasi pada permukaan insang sehingga mengganggu proses respirasi. Selain merusak insang, deterjen juga merusak indra perasa ikan sehingga ikan akan kesulitan dalam mencari makan (Diana 2013).
     Menurut Sastrawijaya (2009), konsumsi bahan bersurfaktan di Indonesia pada tahun 1999 sebesar 2,11 g/kapita/hari, tahun 2001 sebesar 2,26 g/kapita/hari dan jumlah ini terus meningkat hingga tahun 2004 sebesar 2,44 g/kapita/hari. Sementara dalam satuan yang berbeda diungkapkan oleh Diana (2013), bahwa Indonesia membuang limbah deterjen sebesar 380.000 ton/tahun kedalam lingkungan. Dalam perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan 35 ml bahan toksik, uji coba pada praktikum ini tidak mewakili keadaan pencemaran lingkungan oleh deterjen yang sebenarnya terjadi, karena peningkatan pertumbuhan penduduk juga memicu peningkatan pencemaran lingkungan dengan meningkatnya penggunaan deterjen dengan konsentrasi yang mematikan dan merusak lingkungan.

KESIMPULAN

     Berdasarkan praktikum kali ini, dapat diketahui bahwa setiap jenis deterjen akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap biota dan lingkungan karena memiliki konsentrasi bahan aktif yang berbeda. Deterjen total almeera memiliki kecepatan untuk mematikan ikan lebih cepat daripada deterjen yang lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Diana F. 2013. Pengaruh Detergen Terhadap Mortalitas Benih Ikan Patin Sebagai Bahan Pembelajaran Kimia Lingkungan. Edu Sains Vol. 1 No. 2.
Edrinaldi. 2009. Logam-Logam Berat Pencemar Lingkungan Dan Efek Terhadap Manusia. Universitas Andalas; Jurnal Kesehatan Masyarakat
Rastogi, S. C., 2007. Essentials of Animal Physiology 4thEd. New Age Internasional.  New Delhi.
Sastrawijaya T. 2009. Pencemaran Lingkungan, cetakan ke-3. Jakarta: Rineka Cipta.
Septi. 2004. Sublasi Surfaktan Kationik dari Larutan Pelembut Pakaian. Universitas Diponegoro, Semarang.
Yuli. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair Laundry Sebelum dan Sesudah Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif Terhadap Bioindikator (Cyprinus carpio L). Yogyakarta. ISSN : 1979-911X.
Zahri,  A.,  2008.  Pengaruh  LAS  Terhadap  Mortalitas  dan Kerusakan  Struktural  Jaringan  Insang  pada  Ikan  Nila. Jurnal Ilmiah.